Rabu, 08 Februari 2012

Upaya Meningkatkan Kualitas Bidan dan Pelayanan Praktek Bidan Mandiri

MENINGKATKAN KUALITAS BIDAN DAN CONTOH MENINGKATKAN PELAYANAN KEBIDANAN

  • SEBELUM KITA MENINGKATKAN PELAYANAN KEBIDANAN, KITA BAGAIMANA TINGKATAN KUALITAS BIDAN???????
Sebagai salah satu negara yang turut meratifikasi kesepakatan MDG’s, Indonesia terikat dan bertanggung jawab untuk mewujudkan seluruh isi kesepakatannya. Lebih dari itu nilai yang terkandung di dalamnya sejalan dengan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Milenium Development Goals (MDG’s) merupakan arah pembangunan global dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan terencana di segala bidang untuk menciptakan perbandingan ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengurangi kemampuan dan kebutuhan generasi mendatang.

Walaupun dalam MDG’s isu pertumbuan penduduk, keluarga berencana dan kesehatan reprodusi tidak disebutkan secara eksplisit, namun banyak studi membuktikan bahwa MDG’s tidak mungkin dicapai jika persoalan dasar kependuduan tidak ditangani dengan baik.

Upaya pengentasan kemiskinan dan penghapusan kelaparan tidak dapat dicapai jika masalah kependudukan dan kesehatan reproduksi tidak ditangani dengan baik. Hal ini berarti diperlukan upaya yang keras untuk meningkatkan hak asasi perempuan, investasi pendidikan dan keluarga berencana.
Menjawab tantangan Era Global, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) segera menyingsingkan lengan baju. menyiagakan anggotanya dengan mengggelar seminar di wilayah bina masing-masing. Di Jawa Tengah, IBI Jateng menggelar seminar dengan tema “Kesiapan Bidan Menghadapi Era Global melalui Program Bidan Delima” , diselenggarakan tanggal 19 Mei 2004 di kota Semarang, Jawa Tengah. Wakil Ketua I Yayasan Damandiri Prof DR Haryono Suyono selaku pembicara mengangkat topik “ Pelayanan KB Mandiri untuk bidan praktek swasta”.

Pengurus Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Tengah Hj Gunarmi Hadi mengungkapkan, berdasarkan komitmen global ICPD 2005 untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) maka perlu ditingkatkan standar dalam menjaga mutu serta kepuasan yang mengacu pada semua persyaratan kwalitas pelayanan dan peralatan kesehatan, agar dapat memenuhi keinginan masyarakat.
Bidan praktek swasta yang mampu memberikan pelayanan berkualitas dalam bidang KB dan kesehatan Reproduksi, bersahabat dan peduli terhadap kepentingan pelanggan serta memenuhi dan bahkan melebihi harapan pelanggan, dinamakan Bidan Delima. “Sejumlah persyaratan untuk mencapai Bidan Delima bukanlah hal yang mudah untuk dicapai seorang bidan praktek swasta di daerah pedalaman, khususnya karesidenan Semarang yang begitu luas,” kata Hj Gunarmi Hadi.
Belum lagi menghadapi era globalisasi saat ini yang semakin membuat persaingan sangat ketat dalam segala hal. Itu sebabnya, lanjut Hj Gunarmi Hadi, sangatlah tepat Yayasan Damandiri yang bekerja sama dengan Yayasan INDRA, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan BPR Nusamba menawarkan Program Pemberdayaan Keluarga melalui Penyaluran Kredit Bidan Mandiri,” paparnya.
Program ini adalah suatu upaya dan kegiatan pembinaan yang disertai dengan penyediaan kredit modal kerja berupa obat-obat bebas maupun obat-obat kontrasepsi yang ditujukan kepada Bidan praktek swasta sehingga mampu memberikan pelayanan KB mandiri, terutama pada keluarga yang relatif kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya kebutuhan obat-obat dan alat kontrasepsi.
Sejumlah peserta menyambut hangat upaya Yayasan Damandiri tersebut. “Diadakannya kredit bergulir kepada para bidan di sini, tentunya sangat membantu profesi bidan yang berada di sekitar kota maupun di desa, yang sekarang memang sangat membutuhkan modal kerja untuk kelangsungan dan kesejahteraan pelayanan bidan desa,” ujar salah satu peserta seminar.Di Jawa Timur Ikatan Bidan Indonesia Cabang Jawa Timur bekerjasama dengan UNAIR menggelar seminar untuk memasyarakatkan Gerakan Bidan Sejahtera yang mandiri.

Wakil Ketua I Yayasan Damandiri yang mantan Menko Kesra ini mengingatkan bahwa dari 70.000 bidan yang sudah mulai bergabung dengan posyandu dan Polindes di desa-desa, sekarang tinggal 22.000. Sementara yang lainnya setelah kawin dan alasan lainnya telah beralih profesi. Ada yang menjadi istri kepala desa, istri camat, istri pedagang, sehingga melupakan ilmu kebidanan dan pertolongan untuk ibu hamil dan melahirkan.“Apabila kita ingin bidang kesehatan dan KB maju, pelayanan ibu sehat ini harus tetap dijadikan profesi kapanpun dimanapun kita berada,” tegas Prof. Haryono Suyono.

Ironisnya, pelayanan pemerintah berupa obat-obatan dan alat kontrasepsi mulai tahun 2004 hanya antara 20 – 30 %. Artinya, antara 70 –80 % harus dilayani masyarakat sendiri atau swasta. Oleh karena itu, perlu dilakukan advokasi agar bidan dengan kerjasama tim dokter dan akademisi pendidikan dapat meningkatkan mutu bidan sehingga kesehatan ibu dan anak dapat dideteksi secara dini. Kalau bidan tidak bisa melayani di tempat praktek atau di posyandu atau di polindes dapat diteruskan kepada para dokter.
Menurut Prof Haryono seiring perkembangan era teknologi dan globalisasi saat ini, peran bidan menjadi ujung tombak kelangsungan hidup matinya seorang anak manusia yang lahir ke dunia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 66% persalinan, 93% kunjungan antenatal dan 80 % dari pelayanan keluarga berencana dilakukan oleh bidan.
Bidan sangat berperan dalam pencapaian 53 % prevalensi pemakaian kontrasepsi. Apalagi, 58% pelayanan kontrasepsi suntik dilakukan oleh bidan praktek swasta dan 25% pemakai kontrasepsi Pil, IUD dan implant dilayani oleh bidan praktek swasta.
Disisi lain, sukses yang telah diraih selama ini menimbulkan tantangan baru bersama dengan kemajuan pembangunan di tanah air. Kesejahteraan yang semakin meningkat disertai dengan tingkat pendidikan masyarakat akan menimbulkan tuntutan kualitas pelayanan.
Dalam upaya peningkatan kualitas bidan serta peningkatan mutu pelayanan utamanya bagi keluarga kurang mampu Yayasan Damandiri bekerjasama dengan mitra kerja seperti kalangan perbankkan, Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Yayasan Indra dan organisasi kemasyarskatan dalam hal ini Ikatan Bidan Indonesia berusaha membantu dengan mengembangkan Gerakan Bidan Sejahtera yang mandiri. Gerakan ini memerlukan pelayanan dengan tempat dan peralatan memadai. “Untuk itu, melalui bank-bank setempat, misalnya Bank BPD atau Bank Bukopin telah disepakati untuk memberikan pelayanan kredit dengan prosedur komersial yang disederhanakan,” jelas Haryono.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebagai organisasi profesi yang sangat peduli pada anggotanya serta sensitif pada masalah kesehatan yang ada di negara ini senantiasa memperhatikan tingkat profesionalisme para bidan. Berbagai upaya telah dilakukan IBI dengan melakukan kegiatan yang berfokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota dalam pemberian pelayanan serta kelengkapan sarana sesuai standar.
Dengan kekuatan organisasi pada setiap jenjang kepengurusan, hampir setiap cabang IBI telah mempunyai kantor sekretariat tempat melakukan aktifitas yang merupakan center pembinaan anggota, bahkan juga tempat pelayanan milik organisasi sebagai tempat meningkatkan ketrampilan anggota melalui program magang dan sekaligus merupakan tempat usaha yang berbadan hukum dengan nama Yayasan Buah Delima.
Melalui kegiatan yayasan ini, IBI melengkapi kebutuhan para bidan baik berupa sarana pelayanan termasuk obat dan alat kontrasepsi maupun berupa dana untuk meningkatkan tempat pelayanan.

Di sela kesibukan menempuh pendidikan formal tingkat akademi yang merupakan standar minimal pendidikan bidan atau lebih atas lagi, para pengurus masih menyempatkan melakukan pembinaan di setiap tingkat kepengurusan.

Di tingkat provinsi diberikan kepada pengurus cabang dengan muatan kebijakan-kebijakan organisasi, pengembangan pengetahuan baru yang akan diteruskan kepada anggota di tingkat cabang dan ranting sebagai upaya pemberdayaan pengurus.

IBI Provinsi Jawa Timur, boleh berbangga hati karena pihak rektorat Universitas Airlangga bakal menyediakan peluang bagi bidan di Jatim untuk mengembangkan pengetahuan akademinya hingga jenjang S1 di kampus Unair. “Kemungkinan besar, bidan-bidan yang beruntung nanti akan mendapat korting SPP-nya dari Unair, “ cetus Prof Dr H Haryono Suyono Guru Besar Universitas Airlangga, saat berbicara dalam seminar Peningkatan Kualitas Bidan di kampus Unair dalam rangka memperingati 50 Tahun Unair, yang terselenggara atas kerjasama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) provinsi Jawa Timur dengan Universitas Airlangga, Jawa Timur.

Ucapan Wakil Ketua I Yayasan Damandiri cukup beralasan, karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan dengan banyak pihak, khususnya pihak rektorat. Dengan kata lain, Universitas Airlangga memang telah siap mengangkat para bidan se Jatim menjadi sarjana melalui program S1-nya. Seminar tersebut dihadiri Pembantu Rektor I Unair, Prof Dr Fasikhul Ihsan, Sukaemi Sukir, SPd, – Ketua IBI provinsi Jatim dan Prof Muhammad Amin – Direktur Program Pascasarjana Unair. Selain itu jajaran pengurus IBI se Jatim memenuhi auditorium Fakultas Kedokteran UNAIR.

Ketua IBI Jatim Sukaemi Sukir, Spd berkata selain mengupayakan para bidan yang tergabung dalam IBI memperoleh tingkat pendidikan memadai, IBI juga melakukan kegiatan berupa seminar pendidikan berkelanjutan, pelatihan-pelatihan berbasis kompetensi (menggunakan standar WHO) yang telah dan sedang dilaksanakan di 75 % cabang, bahkan ada 4 kabupaten yang 100 % bidannya telah dilatih APN. Untuk mempertahankan kinerja pelayanan sesuai standar, IBI pun mempunyai program Peer Review yang sedang dan telah dilaksanakan di cabang cabang.

Mengantisipasi penerapan sistem legislasi dan lisensi oleh pemerintah melalui proses penilaian dan pemantauan terhadap pelayanan bidan, maka IBI bekerjasama dengan STARH, BKKBN dan Dep.Kes telah memulai program peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan standar kesehatan WHO. Program ini dutujukan kepada semua bidan praktek swasta dan dinamakan Bidan Delima, suatu merk dagang yang punya standar sudah ditentukan dan mempunyai keunggulan, kekhususan berkualitas tinggi, mempunyai nilai tambah, lengkap dan memiliki hak paten.

Wakil Ketua I Yayasan Damandiri mengingatkan di era Otonomi Daerah, perlu dikembangkan strategi pemberdayaan yang mandiri untuk meningkatkan mutu keluarga, perempuan, anak-anak dan remaja di dalam proses pemberdayaan ibu sehat, keluarga sehat, keluarga yang beruntung, bekerja dan membangun.

“Strategi ini bukan sekedar wacana, tetapi pada perubahan tingkah laku,” tegas Prof Haryono seraya menambahkan, “strategi yang perlu kita segarkan kembali adalah komitmen yang tinggi melindungi ibu-ibu dan anak-anak pemegang masa depan bangsa. Targetnya adalah dengan mengukur makin tingginya mutu punduduk Indonesia atas dasar human development index.”
Pascasarjana Unair saat ini sedang menyiapkan suatu jaringan di sepuluh kota dan kabupaten sebagai payung proyek pertama, termasuk Surabaya, Malang dan sekitarnya. Untuk meningkatkan mutu dan jaminan para bidan ini akan dilakukan pertemuan sekitar dua atau tiga bulan sekali.

Diharapkan, akan ada kerjasama dengan bank pembangunan daerah agar para bidan dapat menjadi anggota dan penerima kartu bidan mandiri, sehingga para bidan mudah menerima kartu kredit dari bank Jawa Timur untuk menolong para akseptor yang mungkin tidak bisa membayar kontan harga obat suntikan. “Obat suntikan 3 bulan dipakai sekali kalau bayar 3 bulan hanya pada waktu disuntik itu mahal, bisa dicicil seminggu sekali atau sebulan sekali, “ saran Prof. Haryono Suyono didepan `peserta forum seminar yang saat itu hadir pula beberapa pengurus BPD Jatim.

Usulan lainnya, akan ada pelatihan bidan junior secara tersendiri. “Kalau dalam dua tahun sekali, bidan delima mengambil bidan senior, maka bidan junior akan kita latih juga. Sehingga ada semacam kerjasama yang erat, yang intinya adalah memberikan kesempatan sebanyak mungkin agar pasangan ibu yang ada dapat dibantu.

Oleh karena itu sejalan dengan penyediaan pelayanan yang disediakan Bank Jatim, Yayasan Damandiri menyediakan kontrasepsi mandiri. Dijadwalkan di setiap desa minimal ada 1 bidan mandiri.". Seminar yang dihadiri 230 pengurus IBI se-Jawa Timur dan Badan Pusat statistik (BPS) dari 15 cabang ini diharapkan dapat menambah pengayaan dari kegiatan dan program yang telah ada, sehingga memperkuat kemandirian dalam langkah serta pemberian pelayanan kepada masyarakat.
  • INDIKATOR DASAR PELAYANAN KESEHATAN IBU dan ANAK
SALAH SATU tujuan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan dan peka, terhadap berbagai masalah kesehatan, seperti: kejadian kesakitan (morbiditas) dan gangguan gizi (malnutrisi), yang seringkali berakhir dengan kecacatan (disability) atau kematian (mortalitas).

PUSKESMAS melalui pelayanan kesehatan di dalam dan luar gedung, melakukan seluruh program kesehatan Ibu dan Anak secara menyeluruh, dengan memperhatikan beberapa indikator cakupan program KIA yang terpadu dengan beberapa kegiatan lainnya seperti program gizi, imunisasi dan upaya kesehatan sekolah (UKS).

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4) : 95%
2. Cakupan Komplikasi Kebidanan : 80 %
3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan : 90%
4. Cakupan Pelayanan Nifas : 90%
5. Cakupan Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi : 80%
6. Cakupan Kunjungan Bayi : 90 %
7. Cakupan Imunisasi Bayi (Universal Child Immunization): 100 %
8. Cakupan Pelayanan Anak Balita : 90 %
9. Cakupan Pemberian Makanan Pendamping ASI : 100 %
10. Cakupan Perawatan Balita Gizi Buruk : 100 %
11. Cakupan Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Dasar : 100 %

SETIAP cakupan program tersebut merupakan rincian Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), yang diharapkan bisa tercapai pada kurun waktu 2010-2015, dimana menjadi target khusus pelayanan di tingkat puskesmas, sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(Disadur dan diringkas dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Permenkes RI No. 741/Menkes/PER/VII/2008, hal.5-6)
  • CONTOH UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN KEBIDANAN
Bidan dihimbau dapat memberikan pelayanan kebidanan dengan tetap menjaga kualitas pelayanan dan meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Hal ini untuk mewujudkan penguatan profesi bidan dalam mendukung percepatan pencapaian MDGs (Millenium Development Goal’s) yang sesuai dengan tema Hari Jadi IBI (Ikatan Bidan Indonesia) ke 59 yang digelar di kantor sekretariat IBI cabang Temanggung di Kayogan, Sidorejo, Maron (24/6). “Hari jadi kali ini dilaksanakan dengan sangat sederhana dengan maksud untuk mendekatkan profesi bidan dengan masyarakat”, ujar Titik Yuniati selaku penasihat IBI.

IBI sendiri lahir pada 24 Juni 1951 dan IBI dalam mengarungi usia tersebut menandakan adanya suatu perjalanan sejarah yang panjang, terisi pengalaman yang harus ditindaklanjuti, dikembangkan, dan di isi dengan program dan kegiatan yang bermakna.

Menurut Sri Partini, Am.Keb selaku ketua IBI Cabang Temanggung, bahwa keberadaan IBI pada saat ini berjenjang mulai dari tingkat ranting sampai cabang/kabupaten. Dengan jumlah bidan sebanyak 388 yang ada, diharapkan bisa memberikan pelayanan kebidanan yang maksimal kepada semua perempuan Temanggung sesuai dengan kebutuhannya. Dan para bidan bertugas di Rumah Sakit sebanyak 48 orang, Puskesmas 59 orang, berkerja di desa 256 orang yang terdiri dari bidan desa 191 orang dan bidan PTT 65 orang dan praktik mandiri sebanyak 25 orang.

“Tugas pokok seorang bidan tidak terlepas dalam upaya global dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Temanggung, sebagai gambaran pada tahun 2009 AKI di Temanggung sebesar 49,23% sedangkan AKB sebesar 11,24%,” kata Kepala Dinas Kesehatan Temanggung dalam sambutannya yang dibacakan oleh dr. Supardjo, M.Kes.

Pelayanan kesehatan reproduksi dan kesehatan umum itu bisa dimulai oleh bidan dengan menyegarkan kembali fungsi Posyandu, meningkatkan kualitas pelayanan di Posyandu dan selanjutnya menghidupkan rujukan pelayanan di PKD, Puskesmas dan Rumah Sakit. Serta bidan dapat dengan mudah melaksanakan peranan yang makin kompleks bersama pemimpin masyarakat yang ada disekitarnya.

Dalam perayaan HUT IBI dilakukan pemotongan tumpeng, penyerahan IUD Kit, Penyerahan sembako untuk 20 warga sekitar, dan juga diadakan lomba balita sehat untu umur 1-3 tahun dan lomba penyuluh kader posyandu dengan tema Ibu Hamil Resiko Tinggi.

0 komentar: